Selasa, 14 Mei 2013

Unstoppable Part 1

Cast:
Denzel Washington as Frank Barnes
Chris Pine as Will Colson
Rosario Dawson as Connie Hooper
Lew temple as Ned Oldham
Ethan suplee as Dewey
Kevin Dunn as Oscar Galvin
Kevin Corrigan as Scott Werner
dan masih banyak lagi pemeran pembantu yang lain

Film ini berdasarkan kisah nyata tragedi kereta csx 8888 yang lepas kendali. Disutradarai oleh Tony Scott sebagai filmnya yang terakhir sebelum ia meninggal, Adegannya benar-benar di shoot dengan apik.


Stanton, Pensylvania Selatan.
Pagi buta, seorang lelaki terbangun dari tidurnya karena suara alarm di sebelah sofa yang ia tiduri. Cuaca pagi itu cerah. Will Colson, nama lelaki itu, mendapati kakaknya yang sedang
sarapan bersama putranya.Ia memaksakan bangun dan bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

Ia mengendarai mobilnya menuju rumah istrinya (calon mantan sih), mengintip lewat spion mobil yang memantulkan bayangan putra kesayangannya sedang berpamitan untuk berangkat sekolah pada sang ibu. Will mencoba menelepon istrinya sesaat setelah melihat istrinya masuk rumah. Tapi tidak diangkat, dimatikan malah.

Will pun memutuskan untuk berangkat ke stasiun. Ia memeriksa beberapa dokumen. Ia bertanya pada seseorang tentang seniornya yang bernama Frank Barnes, yang akan bekerja dengannya hari ini. Yang ditanya menunjuk ke segerombolan orang yang sedang mengobrol santai sambil minum kopi. Mereka senior semua.

Will memperkenalkan dirinya pada mereka dan tanya yang mana yang bernama Frank Barnes (tanpa basa basi, kalau di Indonesia ya gak sopan). Frank tunjuk jari dan memperkenalkan dirinya. ia meminta Will untuk bersiap-siap. Saat Will meninggalkan mereka, salah seorang teman Frank berkata: dia yang anak baru itu ya? Kau tahu bagaimana dia mendapatkan pekerjaan ini? Marganya kan Colson.
Ternyata, nama Colson punya citra buruk di mata para pekerja. Atasan yang seenaknya, memasukkan keluarga seenaknya. Temannya berkata lagi pada Frank, agar ia memberi pelajaran pada si Colson itu.


Fulleryard, Pensylvania Utara
Seorang petugas jaga menara sedang meneropong dua orang, Dewey dan Gilleece yang sedang mengobrol. Ia berteriak pada salah satunya lewat radiocall agar menyingkirkan kereta dari jalur D-16 karena jalur itu akan digunakan untuk kereta wisata yang mengangkut anak-anak SD. Dewey dan Gilleece sepertinya orang-orang yang sudah jenuh bekerja. Mereka dengan malas menjawab akan memindahkan keretanya.

Wheeling, Pensylvania Utara
Benar saja, anak-anak itu sudah berkerumun di depan pintu kereta, siap untuk diberangkatkan. Ibu guru mereka memberikan instruksi untuk selamat dalam berkereta.


Di tempat lain, Frank sedang berangkat menuju tempat lokomotif dengan bermobil bersama Will dan dua orang lainnya. Frank bertanya pada Will: Apa tugas mereka hari ini? Will menjawab: Menjemput 25 gerbong dari Stanton langsung menuju Wilkins. Apa ada tugas lain? Tanya Frank. Tidak: Jawab Will. Frank seolah tak percaya, atau hanya menguji ya? Tapi Will tetap mantap menjawab, tidak ada tugas lain.


Di Fulleryard, Bunny, penjaga menara, sudah tidak sabar melihat keretanya belum dipindahkan. Ia meminta Dewey dengan nada lebih keras. Dewey dengan bersungut-sungut melakukan tugasnya. Ia tidak suka diomeli.
Gilleece mengingatkan Dewey kalau rem anginnya belum dipasang. Dewey bilang, nanti saja kalau pas parkir, setidaknya Bunny sudah tidak ngomel-ngomel.


 
 Frank dan Will sudah sampai di Brewster, Pensylvania Selatan. Ia menyampaikan satu aturan pada Will: tanya jika tidak tahu, bilang jika butuh sesuatu.Will hanya mengiyakan saja. Obrolan berlanjut ke pekerjaan Will sebelumnya, dan berapa lama Frank sudah menjadi
masinis. Menurutku, hanya untuk menegaskan saja sih kalau mereka itu senior dan junior, yang junior harus patuh pada yang senior. Tapi model ngobrolnya cerdas. Hanya bisa diucapkan oleh orang-orang cerdas, dan hanya bisa dimengerti orang-orang cerdas (hahaha, abaikan)


Hari sudah siang, Gillece meminta Dewey memarkir kereta sendirian, sementara ia akan makan siang.







Frank memajang foto dua putrinya di dasbor(?) kereta, sementara Will mengerjakan hal-hal teknis persiapan pemberangkatan. Lokomotif sudah siap berangkat.Tiba-tiba, telfon Will berdering. kakaknya menelpon ingin membicarakan soal perceraiannya. Hal itu membuat Will galau. Frank yang melihat Will sedang telfon, memanggilnya agar segera berangkat. Will pun mematikan telfon, dan lokomotif bernomor 1206 itu pun berangkat sudah.

 

Ada tuas persilangan jalur yang harus dialihkan di depan kereta Dewey. Gilleece meminta Dewey tetap di dalam loko, tapi dasar senior, ia malah keluar kereta untuk menarik tuas itu sendiri. Ia bilang tidak apa-apa karena sudah mengaktifkan tuas kendali bebas. Dewey pun keluar loko. Tapi, karena tubuhnya tambun, ia tidak bisa berlari dengan cepat. Sementara, tuas bebas di dalam loko kembali ke posisi semula. Kereta melaju dengan cepat, dan Dewey tidak sempat memindahkan jalur.
And... the tragedy begins...

Note: Film ini adegannya melompat-lompat dari satu tempat ke tempat lain, tapi tetep enak di tonton. Malah justru menambah level tegang dalam tragedinya. Wajib tonton deh... Apalagi ada Denzel Washington yang kualitas aktingnya tak perlu diragukan lagi. Selamat menikmati.