Ia menuju ke ruang ganti George. Di sana tidak ada siapa-siapa. Ia mengamati kesekeliling ruangan, menyentuh beberapa benda dengan penuh cinta. Ia pun menuliskan kata “thank you” di cermin dengan sebuah pensil alis.
Saat hendak keluar dari ruangan itu, pandangannya tertuju pada sebuah jas yang digantung di sana. Ini adegan favorit saya. Begitu alami, manis dan menggetarkan hati.
Peppy mendekati jaz itu, menyentuhnya dengan lembut, menghirup seluruh aroma George Valentin yang ada di jas itu. Ia bahkan meletakkan ujung lengan jas itu di telapak tangannya, seolah ada tangan hangat yang menggenggamnya. Ia pun berbicara dengan jas itu seolah ada George di hadapannya. Matanya sungguh penuh cinta.
Perlahan-lahan, ia menelusupkan tangannya di lengan jas itu. Jadi, sekarang satu lengan jas itu punya jari -jemari. Ia melingkarkan lengan itu di pinggangnya, memeluk semakin erat. Sungguh, adegan itu kesannya ada orang lain yang memeluk Peppy. Ciamik banget aktingnya.
Tiba –tiba George memasuki ruangan. Peppy pun jadi salah tingkah dibuatnya.
George menganggap seakan tak terjadi apa-apa. Ia meminta Peppy untuk mendekat. Ia mengatakan: jika kau ingin menjadi seorang aktris, maka kau harus memiliki sesuatu yang tak dimiliki aktris lain.
George pun membubuhkan “beauty spot” di atas bibir Peppy, yang kelak akan menjadi trademarknya.
Setelah kejadian itu, Peppy sering diajak untuk main film. Mulai dari pemeran pembantu yang tanpa dialog, yang ia tonton bersama seorang lelaki, hingga pemeran pembantu dengan dialog satu baris, memerankan peran yang agak penting, berlanjut ke memerankan peran yang cukup penting, hingga namanya tertulis terus menanjak ke bagian atas sebagai pemeran utama yang sangat penting saat pembukaan film.
George tetap eksis dengan filmnya. Ia terlihat sama sibuknya dengan Peppy. Film terakhir yang ia bintangi diceritakan ia sedang memainkan seorang jago pedang dalam sejarah Napoleon Bonaparte.
Saat syuting film selesai, Al Zimer memanggilnya, dan mengajaknya ke sebuah bioskop mini pribadi. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan. Mereka menonton sebuah film yang diperankan oleh aktris wanita yang main di awal film ini. Yang membedakan adalah, tokoh wanita itu menggunakan microphone besar untuk merekam suara. Era perpindahan film bisu ke film bersuara.
George menganggap adegan bersuara sungguh konyol. Ia pun tertawa terbahak-bahak sambil beranjak meninggalkan ruangan. Al Zimer mengatakan untuk tidak tertawa karena film itu adalah masa depan yang akan mereka hadapi. Tapi George tidak peduli, dan mengatakan pada Al Zimer untuk mengambil saja masa depan itu untuk dirinya sendiri, sambil meninggalkan ruangan itu.
Al Zimer dan beberapa orang yang masih berada di dalam ruangan hanya bias menghela nafas.
Suatu malam beberapa hari setelah kejadian menonton film bersuara itu…
Tiba-tiba music latar berhenti. George bermimpi: ada sesuatu yang salah saat berada di dalam ruang ganti. Gelas yang ia letakkan berbunyi. Ia bias mendengar anjingnya menggonggong, ia mendengar suara – suara di luar ruangan, tawa keras para penari latar yang melewati depan ruang gantinya, tapi, ia sendiri tak bias bersuara sedikitpun. Ia mencoba untuk berteriak sekeras mungkin tapi hasilnya sia-sia. Tetap tak ada sedikitpun suara yang keluar. Ia frustasi dan berteriak ketakutan saat selembar bulu jatuh dengan suara yang berdebam.
George terbangun dengan keringat dingin memenuhi tubuhnya. Ia pun lega semua itu hanya mimpi.
Esoknya, ia seperti biasa berangkat ke Kinograph Studio. Ia heran karena tempat itu sepi sekali. Bahkan ruang yang biasanya digunakan untuk syuting terkunci rapat.
Seorang petugas bersih-bersih menunjukkan sebuah surat kabar pada George. Di surat kabar itu tertulis bahwa Kinograph Studio akan menghentikan produksi film bisu untuk beralih ke film bersuara.
George sangat marah. Ia pun hendak menemui Al Zimer di kantornya. Al Zimer sedang rapat dengan beberapa staf yang umurannya masih muda, kemungkinan sedang membahas film bersuara saat George memasuki ruangan. Al meminta orang-orang itu untuk beristirahat di luar ruangan sebentar. George pun bernegosiasi dengan Al.
Al mengatakan bahwa studio butuh berinovasi dengan wajah- wajah baru yang bias menyegarkan suasana. Sedangkan George dengan egonya yang tinggi mengatakan bahwa dial ah yang ingin dilihat orang-orang, bukan yang lain.
Karena tidak terjadi kesepakatan antara mereka berdua, George pun menantang Al dengan rencananya membuat film sendiri yang akan tetap dicintai banyak orang.
Saat hendak meninggalkan ruangan itu, ia melihat foto Peppy di brosur film terbaru Al Zimer. George pun menunjukkannya pada Al dan tersenyum sinis karena Al dulu pernah mengusir gadis itu tapi sekarang malah memanfaatkan ketenarannya.
Di tangga, (eh, tangganya unik dan klasik lho, jadi ingat tangga di film Harry Potter deh) George bertemu dengan Peppy yang sedang berjalan dengan dua orang pemuda. Dengan bersemangat, Peppy bercerita kalau ia sudah menandatangani kontrak dengan Kinograph Studio. Ia pun berharap bias bermain film bersama lagi dengan George. Tapi George hanya diam dan merasakan para pemuda yang tadi bersama Peppy sedang memandangnya dengan tajam. Ia pun mengingatkan Peppy tentang pemuda yang tadi bersamanya. Peppy mengatakan mereka bukan siapa-siapanya. Ia berjanji akan bertemu lagi dengan George. Tak lupa, ia memberi George sebuah dukungan penyemangat dengan cara memberinya satu siulan keras dan satu kecupan jauh (kalau versi drama korea: fighting! Hehehe). Benar-benar orang yang menyenangkan ya si Peppy ini. Siapapun pasti akan merasa nyaman bersamanya. George pun tersenyum melihatnya. Penat sebelumnya seolah sirna dari wajahnya.
Di rumah, ia di sambut dingin oleh istrinya. Tiap hari biasa begitu kali ya, makanya George merasa kesepian. Malah Jack, anjingnya yang menyambutnya dengan hangat. Georpun memperlakukannya dengan hangat pula.
George memulai proyek film pribadinya dengan dana pribadinya. Ia menjadi produser, sutradara, sekaligus pemain utama di film itu.
Selama 68 delapan hari, George sudah menghabiskan begitu banyak uang untuk filmnya.
Peppy pun sedang syuting film yang di dalamnya ia jadi tokoh utama. Banyak media yang berspekulasi agak miring tentang film yang sedang digarap George. Sebaliknya, mereka memuji-muji Peppy Miller dan filmnya.
George memilih untuk me-launching filmnya tanggal 25 Oktober, dan ia terkejut saat melihat spanduk film Peppy yang juga akan di tayangkan perdana tanggal 25 Oktober.
Sebenarnya, dalam hati ia sudah agak khawatir, tapi ia menguatkan hati dan berharap filmnya akan sukses seperti film-filmnya terdahulu.
Suatu hari, Peppy memenuhi janji untuk wawancara dengan wartawan yang sudah menunggunya di sebuah restaurant. Ia duduk membelakangi George Valentin tanpa ia ketahui. Benar-benar kebetulan yang manis ya?
Dalam wawancara itu, para wartawan menanyakan pendapat Peppy tentang film bisu. Peppy menjawab bahwa sudah saatnya mencoba sesuatu yang baru, cara baru, orang-orang baru. Mereka seharusnya tidak lagi berekspresi aneh dan bertindak seperti orang bodoh di hadapan kamera, membuat para penonton menebak –nebak cerita dan tidak mengerti apa yang dimaksudkan para tokoh di film bisu, dan ia pun berpesan: berilah jalan pada yang muda untuk meneruskan perjuangan mereka.
George bangkit dari kursinya dan mendekati kursi Peppy. Wajah Peppy langsung dipenuhi rasa bersalah yang teramat sangat.
Tanpa tedeng aling-aling, George berkata: aku sudah memberikan jalan padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar