Sinopsis Unstoppable Part 3
Connie masuk kamar mandi dan melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu. Belum luntur kesalnya, ia sudah harus menerima telfon lagi. Kali ini dari wakil pimpinan kantor pusat, Tuan Galvin yang langsung memakinya begitu ia menjawab telefon. Connie mencoba dengan santainya menjawab bahwa tragedy ini disebabkan oleh kesalahan manusia dan nasib sial, tapi Galvin malah lebih mendampratnya dan menyombongkan masa kerjanya yang sudah sepuluh tahun tanpa campur tangan nasib sial. Ia menanyakan apa rencana Connie. Connie mengatakan bahwa ia akan menunggu kereta itu sampai berada di jalur pertanian dan akan menganjlokkannya. Galvin lebih marah-marah lagi karena itu akan sangat merugikan perusahaan. Connie tahu itu. Ia akan memboroskan bahan bakar kereta dan muatan solar di dalamnya. Ternyata, kereta 777 tidak hanya membawa muatan solar saja, tapi juga bahan kimia beracun dan mudah terbakar yang digunakan untuk bahan bakar lem. Galvin menolak penganjlokkan itu dan meminta Connie untuk menunggu keputusannya setelah rapat yang tidak melibatkan Connie di dalamnya (what??).
Di sebuah perlintasan kereta, sudah banyak polisi berjaga-jaga. Mereka menghentikan beberapa truk yang lewat. Tapi, ada satu truk kru televisi yang nekat mendekati perlintasan kereta meski sudah dihalangi. Tiba-tiba, ada sebuah truk yang tidak tahu kalau perlintasan itu ditutup, mengerem mendadak, membuat truknya tergelincir dan menabrak truk di depannya, membuat truk di depannya itu berada persis di tengah rel. Ternyata, truk yang di tengah rel itu memuat dua ekor kuda. Pemiliknya berusaha dengan susah payah mengeluarkan kuda itu dari truk. Tapi kuda itu malah panic dan berjingkrak-jingkrak di tengah rel, sementara kereta semakin mendekat. Untungnya, kuda itu berhasil diselamatkan, namun truknya hancur tertabrak kereta.
Operator meminta kereta 12-06 untuk berpindah jalur, namun Frank bersikeras bahwa gerbongnya tidak akan muat jika ia berbelok di jalur simpang. Will sudah akan menarik tuas belok tapi Frank melarangnya. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Frank memperbolehkan Will menekan tuasnya.
Stasiun tivi menyiarkan pendapat orang-orang atas tragedy ini. Terlihat kekacauan di beberapa tempat. Sementara itu, Galvin sedang mengadakan rapat bagaimana mengatasi kereta tanpa awak itu dengan beberapa pemimpin pusat lainnya (sepertinya sih), sedangkan dirut utamanya yang dikabari akan menanggung kerugian ratusan juta dolar, sedang bermain golf dengan para koleganya. Potret ketimpangan profesi dimana-mana memang seperti itu ya?
Tanpa mengabari Connie (mungkin dipikirnya itu tidak penting), Galvin membuat keputusan sendiri untuk menghadang kereta 777 dan menahannya dengan kereta lain dari depan. Para polisi berjaga-jaga untuk eksekusi keputusan itu. Masinis Stewart, masinis senior teman Frank yang mengemudikan kereta penghadang. Kereta 777 melaju semakin kencang mendekati kereta penghadang. Rencananya, jika kereta tersambungkan, seorang prajurit terlatih yang baru saja pulang dari perang Afganistan akan mengaitkan kedua kereta itu dan masuk ke kereta 777 untuk menghentikannya. Tapi, apa yang terjadi Saudara-saudara? Scott, nama prajurit itu, gagal melaksanakan tugas. Ia tergelincir di atap kereta dan terperosok masuk ke kereta 777 saat kereta penghadang tak mampu menghambat laju kereta 777, malah terdorong semakin cepat. Sepertinya ia terluka parah. Tubuhnya terkulai penuh luka-luka di tali yang tersambung dengan helikopter. selain ketegangan, film ini juga menyuguhkan pemandangan alam yang cantik.
Judd Stewart tetap mencoba menghambat laju kereta. Connie marah-marah saat tahu ide konyol Gavin itu, karena ia tahu resikonya adalah nyawa. Merasa tindakannya akan berakhir sia-sia, Judd memilih untuk pindah jalur. Sialnya, saking cepatnya ia terdorong, keretanya tergelincir, terlempar, hancur berantakan, lalu meledak, dengan Judd masih di dalamnya. Satu nyawa melayang, misi belum selesai.