Sinopsis Unstopable Part 2
Dewey tetap berusaha mengejar keretanya meski tubuhnya berkata lain. Ia pun tersungkur di bebatuan sekitar rel kereta dan pelipisnya terluka.
Sementara itu, kedua tokoh utama kita sedang bersiap-siap menjalankan kereta mereka. Scene menunjukkan proses pemberangkatan lokomotif dari posnya.
Sambil menunggu Will yang sedang mempersiapkan berbagai hal menjelang
berangkat, Frank teringat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun
putrinya, Nicole. Ia pun menelepon ke rumah, tapi yang menerima telfon
malah putrinya yang satunya lagi. Ternyata Nicole merajuk karena ayahnya
terlambat memberinya ucapan selamat.
Selesai menelepon Nicole, yang akhirnya bersedia menjawab telfonnya, Frank mengecek apa saja yang sudah dan yang belum dikerjakan Will. Selesai semuanya, Will pun bersiap untuk berangkat. Ia masuk loko dengan bersungut-sungut karena merasa Frank tidak percaya padanya. Ia pun menyindir Frank tentang “membiarkan anak baru melakukan tugasnya”.
Di pos pengawasan, Dewey dan teman mengobrolnya melaporkan tragedy hari ini pada kepala pos, Connie yang baru saja datang. Connie pun bergegas untuk memastikan seberapa besar bahayanya.
Ia meminta pos pengontrol untuk menghubungi kereta wisata untuk segera pindah jalur karena dikhawatirkan akan bertabrakan. Operator itu sampai harus menyampaikan informasi berulang-ulang dikarenakan anak-anak peserta wisata di gerbong belakang loko begitu gaduh hingga sang masinis kesulitan mendengar suara operator.
Connie mengawasi kemungkinan pergerakan kereta melalui peta elektrik yang terpampang di dinding. Ia meminta salah seorang staff lapangan, Nick, yang saat itu sedang merayu seorang pelayan di kedai kopi. Nick pun segera berangkat untuk menghadang kereta dan mengalihkannya ke jalur yang tidak melewati pemukiman penduduk, karena informasi yang ia terima dari Connie, berdasarkan keterangan Dewey, kereta itu berkecepatan rendah.
Loko yang ditumpangi Frank dan Will melewati tikungan Stanton, jalur kereta di atas jalan yang melewati pabrik dan pemukiman padat penduduk.
Ternyata, di kantor Connie ada tamu penting, yaitu pengawas keamanan kereta (pas banget ya momentnya, lagi kisruh-kisruhnya, eh… ada pengawas pula).
Gambar berpindah ke Nick yang sedang menunggu kereta di tuas persimpangan. Kereta yang ditunggunya tak juga datang. Asli, yang membuat adrenalin kita naik saat menonton film ini, salah satunya adalah cara perpindahan gambarnya yang kereeen banget.
Will sedang mengarahkan loko, tepatnya Frank, untuk menggabungkan loko dengan deretan gerbong. Sementara itu, kerete 777 melaju semakin cepat. Connie pun terpaksa meminta bantuan aparat keamanan setempat untuk keperluan evakuasi di jalur-jalur yang akan dilewati kereta 777.
Selesai memasangkan gerbong ke loko, Frank mengetes Will dengan berbagai pertanyaan. Sebagai pegawai senior, pantas-pantas saja sih kalau Frank menunjukkan ke-senior-annya, tapi bagi Will hal itu sangat mengganggu sekali karena dari awal sepertinya ia memang sengaja dibuat untuk merasa tidak nyaman bekerja. Mereka pun berdebat tentang jumlah gerbong, dan Will memang melakukan kesalahan karena jumlah gerbong yang ia pasangkan melebihi yang seharusnya. Frank menunjukkan hal itu lewat spion samping. Perdebatan mereka pun merembet ke nama Colson yang disandang Will, yang dari awal jadi biang kerok ketidaknyamanan mereka. Merasa diperlakukan tidak adil hanya karena ia bermarga Colson, Will pun mengancam akan melaporkan Frank pada pamannya agar dipecat. Frank tahu itu hanya gurauan emosional saja, makanya ia hanya membalasnya dengan “kau ini lucu” (kekanak-anakan mungkin maksudnya).
Keadaan di ruang loko yang sempit itupun memanas manakala operator mengabarkan adanya kereta barang tanpa awak berada di jalur mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar