Film animasi ini bersetting kerajaan, jadi bukan film zaman modern. Kisah klasik tentang para putri dan pangeran. Sesuai dengan judulnya, film ini akan memaksimalkan suasana beku alias bersalju. Adegan pembukanya saja berupa nyanyian penyemangat bagi para penambang es batu di pegunungan utara. Es batu ditambang? Iyalah, kan ceritanya belum ada kulkas. Es-es besar digergaji membentuk balok panjang, persis seperti es batu yang dijual di pasaran. Lalu mereka mengangkut es-es batu itu ke kota, menggunakan kereta luncur salju yang ditarik oleh sepasang moose (sejenis rusa kutub bertanduk lebar). Di kelompok para tukang es itu, ada seorang anak lelaki kecil, yang mencoba meniru para orang dewasa menambang es. Dengan segala usaha, akhirnya ia pun mendapatkan sebongkah kecil es, yang ia naikkan ke kereta kecilnya, yang ditarik oleh seekor moose yang masih kecil pula. Mengapa harus ada anak kecil di sana? Karena anak itulah yang akan menjadi pendamping tokoh utama.
Sementara itu, di belahan selatan, di tempat yang sedikit lebih hangat, di sebuah kerajaan, dua orang putri, kakak beradik, Elsa si sulung dan Anna si bungsu, sedang menikmati hangatnya pelukan malam. Rembulan yang bersinar terang membuat Anna bersemangat dan tak bisa tidur. Dengan mengendap-endap, ia menyelinap ke kamar kakaknya dan membangunkannya. Ia ingin bermain saat itu juga. Elsa yang mengantuk menolak ajakan itu. Akan tetapi, Anna merayunya dengan sesuatu yang jelas tidak akan ditolak oleh kakaknya: membuat boneka salju. Ternyata, Elsa memiliki kekuatan super, yaitu bisa menciptakan es dari tangannya. Mereka bermain dengan riang gembira, hingga Elsa yang belum terlalu mahir mengendalikan kekuatannya, salah membidik dan mengenai dahi adiknya. Anna seketika jatuh pingsan. Tubuhnya membeku. Elsa dengan panic berteriak memanggil orang tuanya.
Dengan bergegas, raja, ratu dan Elsa membawa Anna ke tempat yang bisa mengobatinya. Sepanjang jalan yang dilalui oleh kereta mereka, berubah membeku. Anak kecil di tambang es tadi, penasaran dan membuntuti kereta raja. Kereta itu sampai di sebuah lapangan terbuka, dimana banyak batu kehijauan terhampar di sana. Begitu raja mengucap bahwa ia membutuhkan bantuan, seketika batu-batu hijau itu berubah menjadi troll kerdil yang baik hati. Tetua Troll mengobati Anna. Ia mengatakan Anna beruntung tidak diserang di bagian hati, jadi bisa disembuhkan. Sedangkan untuk Elsa, troll itu menasehati agar berhati-hati, karena emosi yang tidak terkendali, ketakutan yang tidak terkendali, akan memperbesar kekuatan itu. Dibalik batu besar agak jauh dari tempat mereka, anak kecil itu mengintip dan terkejut. Lebih terkejut lagi karena ternyata batu yang ia gunakan untuk bersembunyi juga troll yang menyamar. Troll itu menyukainya dan berniat untuk mengadopsinya.
Sejak saat itu, Elsa memilih untuk tak lagi bermain dengan adiknya. Ia mengurung diri di kamar, belajar mengendalikan emosi, belajar mengendalikan kekuatan, dan selalu memakai sarung tangan, agar apapun yang ia sentuh tak membeku. Anna hanya mengingat, sejak saat itu ia kehilangan sosok kakaknya. Terlebih, saat ayah dan ibunya pergi melawat ke luar negeri dan tak pernah kembali karena kapal yang mereka tumpangi karam di lautan, Anna semakin kesepian. Setiap hari, ia menggoda kakaknya dengan lagu ajakan untuk membuat boneka salju, namun kakaknya tak bergeming, tetap tak merespon ajakannya.
Hingga suatu hari, tibalah saatnya penobatan Elsa untuk menjadi ratu menggantikan orang tuanya. Anna begitu gembira, karena kelambu kerajaan di buka, dan banyak orang di istana. Ia bernyanyi dengan riang gembira, menyadari banyak kejutan yang ia baru ketahui. Ia berharap dapat bertemu dengan orang yang baik, yang bisa ia cintai dan yang mencintainya, yang akan memberinya hidup yang lebih berwarna.
Ada dua orang yang punya rencana jahat untuk menggulingkan Elsa, sementara rakyat bersemangat menanti ratu baru mereka. Kedua orang itu sedang mencari-cari kesalahan yang mungkin dimiliki oleh sang calon ratu. Padahal, Elsa sendiri sedang ketakutan menghadapi acara penobatannya.
Anna yang tetap riang, berjalan-jalan di sekeliling istana. Ia menabrak seorang pengendara kuda, dan tubuhnya terjungkal ke sebuah perahu yang tertambat. Penunggang kuda itu sangat tampan. Anna pun terpesona. Pangeran itu bernama Hans, dari kerajaan sebelah. Anna mengenalkan dirinya sebagai putri dari kerajaan Arendelle. Hans pun merasa sungkan dan membungkuk. Kuda yang menahan perahu ikut membungkuk, jadilah perahu itu bergoyang dan mendekatkan keduanya. Humor khas Disney^_^.
Anna harus bergegas karena mendengar lonceng penobatan. Ia melambaikan tangan pada Hans. Hans dan kudanya membalas melambaikan tangan, perahu tak ada yang menahan, Hans pun tercebur ke sungai. Tapi ia tersenyum. Sepertinya ia tertarik kepada Anna.
Yang Anna lihat sepanjang acara penobatan hanyalah Hans yang duduk di deretan bangku depan. Sedangkan Elsa, menjalani penobatannya dengan tegang. Saat uskup agung meminta Elsa memegang tongkatnya sebagai symbol penerimaan jabatan, ia meminta Elsa untuk melepas sarung tangannya. Dengan gemetar, Elsa pun mengambil tongkat dan bola dengan tangan terbuka. Ucapan penobatan seolah begitu lama bagi Elsa. Tongkat dan bola emas di tangannya mulai membeku. Begitu pemberkatan selesai, buru-buru ia mengembalikan kedua benda itu dan langsung memakai sarung tangannya. Bagi Anna, tindakan Elsa itu hanyalah karena ia tidak suka kotor. Maklum, saat kecelakaan dulu ingatannya telah dihapus oleh troll.
Setelah upacara penobatan, giliran sambutan pesta bagi para tamu. Lord Weselton, orang yang berniat buruk, maju ke depan menghadap Elsa. Elsa berdiri berdampingan dengan Anna. Mereka bersikap kikuk karena sekian tahun baru berjumpa. Tapi sifat kanak-kanak mereka tetaplah ada. Lord Weselton mengajak Elsa untuk berdansa, tapi Elsa menampiknya dengan halus. Ia malah mengajukan Anna untuk menggantikannya. Lord Weselton berdansa dengan sangat energic, hingga kaki Anna harus berulang kali terinjak. Yang lucu, rambut bagian depannya yang palsu akan menyibak jika ia menunduk. Berulang kali Anna dan Elsa menertawakan hal itu. Sampai, sesi dansa yang mengkhawatirkan itu berakhir. Anna senang sekali kakaknya telah kembali ke hadapannya. Ia mengungkapkan keinginannya untuk bisa terus seperti itu. Akan tetapi, meski Elsa juga menginginkannya, Elsa mengelak mengatakan yang sebenarnya. Hal itu membuat Anna sedih, dan meninggalkan kakaknya, menuju kerumunan dansa. Seseorang menyenggolnya dengan keras. Ia hampir saja jatuh jika tak ada yang menangkapnya. Hans!
Anna senang sekali bertemu Hans lagi. Mereka berdansa, dan berakhir dengan mojok di balkon berdua. Anna curhat tentang kakaknya, Hans curhat tentang keluarganya. Berlanjut dengan lagu ungkapan cinta. Di akhir lagu itu, mereka berdua memutuskan untuk menikah, dan meminta restu dari Elsa. Dengan bergegas, Anna dan Hans menyibakkan kerumunan orang, menuju Elsa yang sedang mengobrol dengan Lord Weselton. Elsa menolak permintaan Anna atas restunya. Anna pun sewot, mengolok-olok Elsa yang lebih memilih menjauhi semua orang. Tanpa sengaja, Anna menarik sarung tangan kakaknya. Elsa memilih untuk kembali ke kamarnya dan membubarkan pesta. Tapi Anna tetap ngotot, dan hal itu memancing emosi Elsa. Muncul lah pagar es yang runcing di depan Anna ketika Elsa membentaknya. Semua orang di ruangan itu terkejut. Moment itu tak disia-siakan oleh Lord Weselton, yang langsung menjelek-jelekkan Elsa dan mengatainya monster.
Elsa terjebak oleh ketakutannya sendiri. Ia berlari ke luar istana, di sambut rakyat yang menantikannya. Tapi rakyat bingung, karena ratu mereka terlihat linglung. Elsa yang kalut, menyentuh kolam air mancur yang seketika itu berubah menjadi patung es yang menakjubkan. Bukan keindahan yang terlihat di mata rakyat, tapi ketakutan. Pengawal Lord Weselton mengejarnya. Ia pun terus berlari ke pegunungan utara. Anna yang sadar akan kesalahannya, mengejar kakaknya.
Namun tak ada yang bisa mengejarnya. Karena Elsa menyeberangi lautan, dengan berjalan kaki. Setiap jengkal yang ia pijak berubah menjadi es. Elsa sudah jauh ke pegunungan utara, ketika selulur kerajaan tertutup salju dan membeku. Lord Weselton menyalahkan semua itu pada kutukan Elsa. Anna yang mendengarnya, membela kakaknya. Ia berniat mengejar kakaknya sendirian, karena ia yakin Elsa tak akan pernah melukainya. Tak lupa, ia menitipkan kepemimpinan kerajaan pada Hans.
Sementara itu, Elsa yang telah sampai di pegunungan utara yang memang bersalju, merasa merdeka karena ia akhirnya sendirian. Tak perlu lagi ada orang yang harus ia lindungi dari kekuatannya. Dan mengalunlah lagu Let It Go – nya Idina Menzel yang indah. Elsa menikmati kemerdekaannya, sambil membangun istananya sendiri. Sebuah istana es yang menakjubkan, buah karya kekuatan magisnya.