Di sudut lain di tengah kota Paris, kehidupan berdenyut semakin cepat. Para wanita semakin wangi dan mempesona. Tidak bagi Giuseppe Baldini. Ia diperankan oleh Dustin Hoffman? Pangling saya, hehe. Giuseppe Baldini adalah masa lalu bagi dunia per-parfum-an di Paris. Ia pernah jadi maestro parfum yang digandrungi. Tapi sekarang, tokonya sepi. Gara-gara parfum Amor and Psyche, ia jadi terlihat kehilangan selera beraroma. Ia masih berdiri dengan terkantuk-kantuk menjagai tokonya yang sekarang berdebu. Kostumnya menunjukkan tingkat sosialnya. Pakaian ala Napoleon dan wig putih keriting sosis yang rapi. Wajahnya pun di make up putih sekali. Sepertinya begitulah kebiasaan pria Paris jaman dulu. Asistennya menerobospintu masuk dan langsung disambut dengan bentakan karena belum mengenakan wig. Ia hendak melimpahkan menjaga toko pada asistennya itu, karena ia perlu berkonsentrasi membuat parfum pesanan pelanggannya yang menginginkan Amor and Psyche ala dirinya. Ia mencibir parfum itu, sekaligus penasaran. Asistennya memahami kegalauan hati tuannya. Ia mengeluarkan sebotol kecil Amor and Psyche yang ia beli saat perjalanan tadi. Awalnya, Baldini mengelak. Tapi, asistennya meyakinkannya untuk mulai bekerja. . Ia meneteskan sedikit minyak wangi itu ke sapu tangan dan mengibas-ngibaskan di depan hidungnya. Mereka membahas kandungan inti dari parfum itu, tapi tak menebak selanjutnya. Baldini pun berteriak meminta sapu tangan lagi pada pelayannya, lalu masuk ke kantornya untuk mulai mengetes minyak wangi itu lagi.
Mula-mula, ia membersit hidungnya untuk menetralkan aroma. Lalu, dengan sapu tangan yang bersih, ia meneteskan Amor and Psyche, mengibaskannya di depan hidung, menghirup aromanya, dan menuliskan beberapa aroma yang ia kenali. Berkali-kali ia mencoba, tetap ada beberapa yang tidak tertebak, hingga ia frustasi dan tertidur di kursinya. Ia terbangun saat mendengar bunyi bel di bagian gudang. Ada yang datang. Grenouille berkunjung untuk mengantarkan pesanan kulit padanya. Baldini mempersilahkannya masuk. Grenouille terpesona pada aroma yang terkumpul di ruangan itu. Ia tidak mengenali banyak di antaranya. Setelah meletakkan kulit sesuai perintah, ia diminta untuk kembali besok karena Baldini akan membayarnya besok. Grenouille menyela dengan bertanya, apakah kulit itu akan dibikin wangi? Baldini mengiyakan. Grenouille bertanya apakan dengan Amor and Psyche. Baldini, yang terkejut dengan pertanyaan lelaki di hadapannya yang terkesan tak pernah tahu menahu dengan minyak wangi, melontarkan pandangan: dari mana kau tahu?
Grenouille menjelaskan bahwa wangi parfum itu tercium dari seluruh tubuh Baldini, bahkan ada di jalan-jalan di hampir seluruh kota Paris, persis seperti yang dikatakan asistennya tadi. Grenouille mengatakan bahwa Amor and Psyche bukanlah parfum yang baik, karena terlalu banyak mengandung rosemary. Ha! Bahkan Baldini tidak menebak adanya rosemary. Orange blossom, iya. Lemon, iya. Ia yang hendak kembali ke kamar, mengurungkan niatnya. Grenouille mengatakan bahwa ia bahkan bisa menunjukkan apa saja bahan parfum itu, tapi ia tidak tahu namanya, dan bahan-bahan itu ada di sini. Baldini mencibirnya, bahkan mengata-ngatainya. Grenouille menyela bahwa ia bahkan bisa membuat parfum itu karena ia memiliki hidung terbaik di Perancis. Baldini memakinya karena tidak sopan menyela perkataan orang tua. Ia tidak percaya bakat mampu menciptakan parfum begitu saja, tanpa tahu ilmu dasarnya. Grenouille berkeras bahwa ia bisa. Ia mengambil beberapa botol minyak essen dan sukses membuat Baldini terpana karena sebagian besar bahannya tidak tertebak olehnya. Grenouille bahkan menantang untuk membuatkan berapa banyakpun Amor and Psyche yang Baldini inginkan, meski ia tidak tahu ilmu dasar dan takarannya. Ia mengambil toples besar untuk percobaan, yang langsung diambil oleh Baldini dan di gantikan dengan botol paling kecil. Meski merasa sayang dengan minyak essen nya yang mungkin akan terbuang sia-sia, ia tetap penasaran bagaimana hasilnya, jadi ia mengizinkan Grenouille mencobanya.
Grenouille mulai menuangkan beberapa essen dari botol, yang membuat Baldini agak khawatir karena botol-botol itu tidak diperlakukan dengan lemah lembut (iyalah, wong pekerja kasar kok lemah-lembut). Setelah selesai, Grenouille mengocok hasil karyanya kuat-kuat. Ia mendapat marah dari Baldini karena cara yang dipakainya semuanya menyalahi aturan pembuatan parfum. Alcohol harusnya dituang paling akhir, tapi Grenouille memasukkannya pertama kali. Parfum tidak boleh dikocok, tapi malah tadi dikocok keras-keras. Grenouille masih tanpa ekspresi, menyerahkan hasil karyanya. Baldini mengambil sapu tangan, meneteskan minyak wangi ala Grenouille dengan pipet, mengibaskannya, dan terpesona. Di tangannya, ada sebotol Amor and Psyche yang sempurna.
Bagi Grenouille, tetap saja itu bukanlah parfum yang sempurna. Ia meminta diberi kesempatan lagi untuk menciptakan parfum yang lebih sempurna. Baldini membiarkan saja. Maka, tanpa tahu apa yang akan ia ambil, Grenouille berjalan ke sana kemari mengambil beberapa minyak essen sesuai tuntunan hidungnya. Ia menambahkan beberapa tetes dari botol yang ia ambil ke dalam Amor and Psyche yang sudah jadi tadi. Baldini memperhatikan dengan terbengong-bengong karena tahu tiap nama dari botol itu pasti menjadi perpaduan yang bagus. Saat selesai, Grenouille hendak mengocoknya lagi, tapi ia urungkan hingga akhirnya hanya ia putar pelan-pelan. Ia menyerahkan hasilnya pada Baldini untuk di coba. Tapi, karena harga dirinya terluka dikalahkan oleh orang dari antah berantah, ia menolak mencobanya dan mengusir Grenouille. Sebelum menutup pintu, Grenouille memohon untuk dipekerjakan, karena ia ingin belajar cara mengawetkan aroma. Baldini, dengan enggan mengatakan bahwa ia akan memikirkannya, lalu menutup pintu.
Sepeninggal Grenouille, Baldini mengambil parfum yang ditinggalkannya tadi di atas meja. Tanpa sapu tangan, ia menghirup langsung dari botolnya, dan langsung merasakan sensasi luar biasa. Angin berhembus semilir di sekitarnya. Ruangan itu menjelma bak taman bunga yang indah, dengan segala keharumannya di sana. Seorang wanita muncul mengecupnya sebagai perlambang bahwa parfum itu menebarkan aroma cinta. Baldini sadar, ini benar-benar wewangian yang hebat. Akhirnya, ia memutuskan untuk membeli Grenouille di tempat penyamakan kulit. Harganya jauh lebih mahal daripada saat ia dijual dulu. Tentu saja majikannya senang sekali. Grenouille yang menguping pembicaraan mereka, tersenyum puas. Majikannya mabuk-mabukan dengan uang yang banyak itu, hingga ia tertabrak kereta dan mati (heh? Kenapa orang-orang yang ditinggalkan Grenouille selalu mati?).
Baldini mempekerjakan Grenouille di tokonya. Dan secara ajaib, kalau tak bisa disebut kerja keras, tokonya kembali hidup dan laris luar biasa. Bahkan melebihi kejayaannya di masa lalu. Dan bagi Grenouille, ia belajar banyak hal. Termasuk ilmu dasar penyusunan wewangian. Seperti halnya tangga nada dalam music, parfum juga memiliki nadanya sendiri. Ada tiga cord dalam minyak wangi. Setiap cord mengandung empat essen, jadi total ada dua belas essen. Harus sangat berhati-hati memilihnya agar aromanya pas. Tiga cord itu adalah, cord luar, cord inti, dan cord dasar.
Cord luar adalah wewangian pembuka, ringan, berlangsung beberapa menit saja, berganti ke cord inti yang merupakan tema dari parfum itu, yang wanginya harus bertahan beberapa jam. Lalu, cord dasar, yang akan menjadi jejak dari parfum itu, yang mampu bertahan selama beberapa hari. Grenouille mendengarkan secara seksama penjelasan yang disampaikan majikannya itu. Apalagi, saat Baldini memjelaskan tentang legenda essen ke tiga belas, legenda parfum Firaun, yang ditemukan di makamnya setelah bertahan ribuan tahun di dalam tanah. Parfum yang sangat halus, sekaligus kuat. Parfum yang jika dihirup, akan memunculkan sensasi seolah di surga. Tapi, sejauh ini, belum ada yang berhasil menemukan essen ke tiga belas. Karena itu hanya legenda. Dan Baldini marah saat Grenouille menanyakan, mengapa belum ada yang menemukannya. Wah … wah … bukan guru sih ya, jadi ya marah dan tidak suka kalau harus menjelaskan berulang-ulang.
Grenouille mengamati ke dua belas tabung dasar minyak wangi itu. Ia mengingat seluruh aromanya. Saat tidur, ia bermimpi tentang gadis penjual plum lagi. Ia masih terpesona pada aromanya. Dan ia menyadari, bahwa aroma paling dahsyat di dunia ini bukanlah parfum buatan tangan, melainkan aroma manusia itu sendiri. Tidurnya terusik dengan keras saat Baldini membangunkannya. Grenouille terlonjak kaget, membuat Baldini juga ikut-ikutan kaget. Lebih kaget lagi, saat Grenouille tiba-tiba mencengkeram lengannya dan merajuk agar segera di ajari tentang cara mempertahankan aroma, dan segala ilmu yang tuannya punya. Ia akan bermain di balik layar dan membuat tuannya jadi ahli parfum paling hebat sedunia. Baldini menyukai ide itu, ia pun tersenyum mengiyakan.
Pemandangan bawah deret toko di jembatan itu menakjubkan. Sungai lebar kecoklatan, sampan berseliweran. Deretan toko itu sendiri sudah merupakan pemandangan yang cantik. Sebuah sampan berhenti di bawah jendela toko Baldini. Sampan itu membawa berkeranjang-keranjang kelopak bunga mawar. Keranjang itu dikerek ke dalam gudang. Baldini sedang mengajarkan cara membuat essen mawar. Sepuluh ribu mawar untuk membuat satu ons minyak essen mawar (what? pantesan parfum asli mahal banget). Mawar itu di rebus di sebuah tungku, dan minyaknya dialirkan lewat pipa ke tungku yang lain dengan mekanisme yang rumit. Alat itu adalah hasil karya Baldini sendiri. Baldini menceritakan banyak hal hingga meninggung soal Grasse, pusat aroma di Perancis, surga parfum yang dijanjikan. Grenouille tertarik dengan tempat itu. Baldini mengatakan, tidak ada orang yang bisa disebut ahli parfum, kecuali dia sudah membuktikan kemampuannya di Grasse. Tiba-tiba, ruangan itu bergetar. Beberapa serpihan tembok berjatuhan. Baldini menenangkan dengan mengatakan bahwa hal seperti itu biasa terjadi. Ternyata, proses pembuatan minyak essen itu memakan waktu super lama. Baldini sudah tertidur di kursinya di depan tungku, sedangkan Grenouille masih tetap terjaga. Ia begitu takjub saat tetes pertama dari minyak mawar itu keluar. Ia pun membangunkan tuannya.
Esoknya, Grenouille mengumpulkan banyak benda di sekitar sungai. Rantai, kayu, sepatu kuda, macam-macam. Ia merebus benda-benda yang ia temukan untuk menyimpan aromanya. Baldini sedang tidur di kamarnya saat mendengar suara benda berkelontangan dan teriakan dari gudang. Ia segera menghambur ke sana. Grenouille sedang berjongkok di depan tungku, seolah frustasi. Benda-benda berantakan di sekitarnya. Begitu Baldini mendekat, Grenouille langsung menyemburkan kata-kata bahwa tuannya itu telah berbohong. Baldini terkesiap dengan kekasaran anak buahnya itu. Harusnya kan sudah sadar ya, wong dari dulu memang kasar. Grenouille menyodorkan beberapa gelas untuk dibaui, tak ada aroma apapun. Ia membanting pecah tiap gelas yang tak beraroma. Lalu, Baldini mengintip ke dalam tungku dan terkejut sekaligus marah karena Grenouille sedang merebus kucingnya. Euwh, waw. Lugu ya lugu, tapi yang ini sepertinya sakit jiwa. Bodoh yang tak tertolong kah?
Sebenarnya, Grenouille hanyalah orang jenius yang frustasi. Ia berusaha menangkap aroma besi, tembaga dan sebagainya dengan cara yang diajarkan tuannya. Karena itu, saat air yang keluar tak beraroma apapun, ia merasa dibohongi. Baldini marah-marah sambil menjelaskan bahwa ia tak mungkin bisa menyaring aroma kucing, ataupun manusia. Mengetahui kenyataan itu, Grenouille pun jatuh pingsan. Baldini memanggil dokter. Sepertinya Grenouille sakit parah, karena muncul ruam di sekujur tubuhnya. Dalam kondisi sekarat, ia masih bermimpi tentang aroma gadis penjual plum. Ia terbangun mendapati tuannya duduk di sampingnya, mengkhawatirkan dirinya yang akan mati. Grenouille bertanya apakah ada cara lain untuk menangkapa aroma selain dengan tungku penyaring? Baldini pun menceritakan tentang cara enfleurage, tapi Baldini tidak tahu caranya. Grenouille bertanya lagi, apakah ia bisa mempelajarinya di Grasse? Baldini mengiyakan.
Tekad yang kuat memang cepat menyembuhkan. Dalam satu minggu, Grenouille sudah pulih. Ia memutuskan akan pergi ke Grasse. Dalam rangka perjalanan sekaligus untuk mencari pekerjaan, ia membutuhkan surat jalan dari tuannya. Baldini pun setuju dengan syarat, Grenouille harus memberinya seratus formula baru. Grenouille tidak keberatan. Ia bahkan bisa member seribu.
Grenouille berangkat ke Grasse. Baldini yang ditinggalkan merasa senang sekali. Akhirnya, ia mendapatkan apa yang dicita-citakannya. Gelar ahli parfum terbaik pasti akan diraihnya. Ia tidak pernah merasa sesenang ini dalam hidupnya. Ia pun tidur sambil memeluk buku formula hasil karya Grenouille, dan tak pernah terbangun lagi. Karena, gedung tempat ia tinggal sekaligus tokonya, roboh, hancur rata dengan tanah, dengan Baldini di dalamnya. Tuh, kan … yang ditinggal Grenouille mati lagi. Pertama ibunya, lalu ibu asuhnya, terus tuan di tempat penyamakan, sekarang tuan di toko parfum. Wah, kira-kira di Grasse dia akan berubah sehebat apa ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar