Minggu, 22 Desember 2013

Perfume: The Story of A Murderer Part 3



  Grenouille menikmati perjalanannya. Hidungnya mengeksploitasi berbagai aroma. Ia merasa sangat bahagia. Udara terasa lebih bersih dan murni. Aroma rumput kering, rumput basah, berpadu di sekitarnya. Ia memilih melewati tempat yang rumit. Hutan belantara, bukit batu, hingga tiba di sebuah gua. Ia masuk, dan menyukai gua itu karena hampir tidak ada aroma di dalamnya. Hanya ada aroma batu mati yang dominan. Grenouille merasa nyaman. Setelah beberapa lama tak menikmati kesendirian, ia pun merebahkan diri di gua itu, terbebas dari aroma apapun yang akan mengusiknya. Ia merasa tenteram. Keinginan dan segala obsesinya memudar. Ia merasakan tidur yang sangat memuaskan. Hingga, mimpinya tentang gadis itu berubah, dan ia tersentak terbangun dari tidurnya, penuh brewok di dagunya, dan pakaiannya berbau tanah, lumut dan batu. Tapi, ada satu bau yang tidak ada di sana. Bau tubuhnya. Waw, dia tidur berapa lama ya?
    Ia melepas seluruh pakaiannya, mandi air hujan dan tetap mendapati bahwa tubuhnya tidak menguarkan aroma apapun. Ia jadi sadar bahwa selama ini ia bukanlah siapa-siapa. Tak ada yang menghargainya. Ia akan binasa, sendirian dan terlupakan. Dan ia tidak ingin menjadi seperti itu. Saat matahari bersinar keesokan harinya, semangat Grenouille pun menyala. Ia memutuskan, harus meneruskan perjalanannya ke Grasse. Ia ingin membuktikan keahliannya di sana.



    Jalanan yang ia lewati begitu indah. Hamparan ladang lavender menyambutnya di sepanjang perjalanan. Dan, seolah mengingatkan tujuan lamanya, ia di suguhi aroma yang ia impikan selama ini. Aroma gadis. Kereta kuda yang membawa Laura Richi masih jauh di belakang Grenouille, tapi ia sudah bisa mencium aromanya. Diantara hamparan lavender, ia tahu bedanya. Grenouille menunggu di balik pohon. Dua ekor kuda gemuk menarik sebuah kereta. Di dalamnya, seorang gadis berambut merah melongok dari jendela, memperhatikan pemuda compang-camping di sisi jalan. Grenouille begitu mabuk akan aroma gadis itu. Ia menghirupnya kuat-kuat, dan buru-buru menyusul laju kereta.



    Grenouille sampai di gerbang kota. Setelah menunjukkan surat jalannya, ia pun melanjutkan menelusuri jejak aroma gadis itu. Ia melewati lorong gedung-gedung, undakan-undakan di sepanjang jalan. Tempatnya bagus. Hingga tiba di sekitar rumah gadis itu. Hebat ya. Sayangnya, rumah itu berpagar tinggi. Grenouille menghirup dalam-dalam jejak aroma yang ditinggalkan gadis itu. Rasa rindu membayang di pelupuk matanya, seolah ia ingin segera menghambur untuk mengendusnya. Ia pun tak kurang akal. Dengan memanjat pohon di sisi pagar, ia melompati pagar itu. Ia bisa merasakan di mana keberadaan gadis itu di dalam rumahnya. Air matanya menggenang saat gadis itu muncul di loteng. Tatapan itu penuh cinta. Tapi itu bukanlah cinta. Itu adalah sebuah obsesi, sebuah kerinduan akan aroma. Ia menguntit laura yang kebetulan keluar ke kebun rumahnya. Ia bersembunyi di balik pusara ibu Laura. Laura tak menyadari kehadiran seseorang di balik pusara itu. Ekspresi wajahnya menyiratkan kepedihan. Grenouille benar-benar menikmati kedekatannya dengan gadis itu. Namun, ia tak berani berbuat apapun, hingga gadis itu kembali ke dalam rumah.

 
    Grenouille bekerja di sebuah tempat penyaringan aroma bunga. Atau, meminjam istilahnya Giuseppe Baldini, enfleurege. Beberapa pekerja ada yang sedang memetik bunga di ladang. Seorang gadis yang baru bekerja di sana sedang digoda rekan kerjanya. Di pabriknya, beberapa pekerja sedang mengerjakan seni menangkap aroma itu. Adonan seperti Vaseline dioleskan ke baki, lalu di atasnya disusun bunga berjajar-jajar. Majikan di sana adalah seorang wanita paruh baya (aku belum tahu namanya). Ia memarahi seorang pekerja yang dengan ceroboh menjejalkan bunga-bunga itu begitu saja ke dalam baki. Ia menyuruh pekerja itu untuk meniru Grenouille. Woaaa… Grenouille sudah bercukur rapi. Madam itu mengatakan bahwa seni enfleurage adalah membuat bunga itu mati perlahan untuk menyerap aromanya, jadi harus diperlakukan hati-hati, seperti memperlakukan wanita.
    Mandor di tempat itu, sepertinya kekasih sang madam, merasa tidak suka pada perlakuan berlebih kekasihnya terhadap Grenouille.  Untuk melampiaskan kekesalannya, Druot, sang mandor, menyuruh Grenouille untuk memeriksa bunga yang sedang di suling di ruangan sebelah. Grenouille mengendusi baunya, sehingga, tanpa melihat tabung itu, ia bisa mengatakan bahwa bunga itu belum siap untuk di tiriskan. Hal itu membuat Druot semakin marah. Ia menggetok kepala Grenouille dan memintanya untuk mematuhinya. Grenouille pun beranjak ke ruangan sebelah dan melakukan apa yang harus dilakukan.


    Di sebuah gubuk di tengah ladang lavender, dua orang pekerja, laki-laki dan perampuan, yang tadi siang saling menggoda saat memanen bunga, sedang bermesraan di atas tumpukan jerami. Si gadis menggoda pasangannya dengan menolak  ajakan si pria untuk bermesraan dengan lebih lagi, dengan merajuk dan memanjat panggung tambahan di gubuk itu menggunakan tangga. Si pria hendak menyusul ke atas, tapi si gadis menggodanya lagi dengan mendorong jatuh tangga itu dan menimpa si pria. Pria itu meringis kesakitan dan marah. Ia berteriak-teriak, kemudian meninggalkan gadis itu di atas sendirian, tanpa tangga. Setelah pria itu pergi, gentian gadis itu yang berteriak minta diambilkan tangga. Ia melihat seberkas sinar lampu dari celah kayu di lantai. Ia pikir, kekasihnya kembali. Tangga terpasang di hadapannya, tapi wajah pemasangnya tak jua muncul.





    Adegan berganti ke tempat Grenouille melakukan penyulingan. Kali ini bukan bunga yang ada di dalam tabung. Tapi, tubuh telanjang gadis yang terjebak di gubuk lavender tadi. Mengambang. Mati. Grenouille pasti berniat untuk mengekstrak aroma gadis itu. Ada suara orang datang. Buru-buru Grenouille menutupi tabung itu dengan kain yang sangat lebar hingga tertutup seluruhnya. Ternyata pengantar bunga. Perempuan tua yang kepo alias serba ingin tahu. Ia menanyakan macam-macam metode enfleurage. Grenouille menjelaskan dengan resah. Wanita itu penasaran dengan sesuatu yang tertutup kain. Ia hendak mengintipnya, tapi Grenouille menghentikannya dengan suara keras. Kebetulan, majikannya datang (eh, apa kesialan ya?. Ia juga bertanya mengapa tabungnya ditutupi kain. Dengan wajah yang kalut, tapi sikap tetap tenang, Grenouille menjelaskan bahwa ia sedang melakukan percobaan untuk menjaga aroma bunga dari sinar matahari, agar aromanya lebih tajam. Majikannya mengiyakan saja dan pergi karena hendak membayar si pengantar bunga. Drout yang ikut datang juga penasaran. Ia mengetes minyak yang keluar dan membauinya. Sayangnya, ia tak mencium aroma apapun. Wajah kalut Grenouille berubah kecewa luar biasa. Tapi, dengan tetap tenang, ia pun menjawab, berarti percobaannya kali iini gagal. Dengan Drout yang masih memandanginya dengan curiga, Grenouille malah memikirkan cara lain untuk mengekstrak aroma manusia.




    Malam harinya, Grenouille menyewa seorang pekerja seks komersial. Setelah bernegoisasi harga, wanita itu pun melakukan permintaan Grenouille, yaitu, membuka seluruh pakaian, dan berbaring diam. Wanita itu membawa seekor anjing mungil berbulu lebat. Grenouille mngeluarkan peralatannya. Sekaleng lemak hewan (yang dulu kubilang mirip Vaseline), serta alat pengoles. Grenouille mengusapkan lemak hewan ke tangan wanita itu, membalutnya dengan kain, dan memintanya untuk bersikap rileks. Wanita itu bertanya macam-macam, membuat Grenouille tidak nyaman. Sebenarnya, wanita itu juga tidak nyaman. Cenderung takut malah. Setelah dirasa waktunya cukup, Grenouille mengeluarkan sebuah alat pengerok yang mirip sabit. Ketakutan wanita itu akhirnya tidak dapat dibendung lagi. Meski Grenouille memperingatkannya untuk tenang, ia tetap bangkit dan melepas kain di tangannya. Ia mengomel membelakangi Grenouille. Grenouille memukul tengkuk wanita itu dengan tongkat. Saat wanita itu pingsan, Grenouille mengoleskan lemak hewan ke kain lebar, dan membungkus wanita itu, seluruh tubuh, agar mati pelan-pelan, seperti mengekstrak bunga yang diajarkan Madam Arnulfi. Ia bahkan mencukur habis rambut wanita itu untuk di ambil sarinya. Anjing wanita itu hanya meringkuk di pojokan.
    Di kamarnya, Grenouille mencampur lemak hewan yang sudah ia kerok, dan yang sudah ia peras dari rambut, mencampurnya dengan air (atau alcohol?), memanasinya, dan menyulingnya. Ia mencoba tetesan pertama hasil percobaannya kali ini. Dan ia berhasil. Namun, ia masih butuh pembuktian. Jadi, saat para polisi menemukan mayat wanita itu keesokan harinya, Grenouille mengawasi dari balik tembok di kejauhan. Anjing wanita itu meratapi majikannya. Grenouille meneteskan essen wanita itu di punggung tangannya. Anjing itu langsung berbalik dan berlari ke arahnya, serta menjilati tangannya, seolah sudah kenal lama. Grenouille tersenyum gembira. Ia memutuskan, mulai hari ini, ia akan menciptakan cord parfumnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar