Senin, 08 Juli 2013

Life of Pi part 3





 Suatu hari, Pi mendengar bahwa kebun binatang ayahnya membeli seekor harimau baru. Ia sering mengintip petugas yang merawat harimau itu sedang memberi makan. Karena penasaran, ia pun memutuskan untuk melihat harimau itu dari dekat. Ia mengajak kakaknya, Ravi, yang ketakutan dan mencegah Pi menjalankan rencananya. Pi meyakinkan kakaknya kalau ia sudah sering melihat caranya, tidak akan terjadi apa-apa. Ravi hanya melihat saja dengan blank saat Pi mulai membuka kandang bagian dalam dan menyisakan pagar bagian luar antara dia dan harimau itu. Ia mengulurkan tangannya yang menggenggam sekerat daging sambil memanggil nama harimau itu. Yann Martell mengerutkan dahi saat tahu nama harimau itu. “ Richard Parker?” tanya nya. Pi pun menjelaskan bahwa nama itu merupakan sebuah kesalahan administrasi. Aslinya, pemburu harimau itu menamainya Thirsty karena saat ditemukan ia sedang minum di sungai, lama sekali. Tapi, saat mendaftarkan sertifikatnya, petugasnya keliru dengan nama pemburunya, yaitu Richard Parker. 


Richard Parker pun muncul dengan tenang dari balik kandang. Ia berjalan perlahan mendekati Pi. Ravi lari mencari bantuan karena melihat situasinya tidak menguntungkan. Pi cuek saja, malah menyapa harimau itu dan menawarkan untuk berteman dengannya. Harimau itu semakin mendekat, tapi tidak menerkam



daging di depannya, mungkin masih menimbang-nimbang. Mereka pun bertukar pandangan mata. Saat harimau itu bersiap untuk melumat daging di depannya beserta tangan mungil yang menggenggamnya, petugas penjaga datang tergopoh-gopoh bersama ayahnya. Tuan Patel langsung menyeret  Pi mundur, membuat harimau itu kaget dan masuk lagi ke kandang. Hmmhhhh… anak-anak… sering sekali melakukan hal yang menakutkan menurut kita, menyenangkan menurut mereka.


Tuan Patel memarahi Pi habis-habisan dan mementahkan alasan Pi yang hanya ingin berteman. Tuan Patel menyuruh Pi untuk menanamkan dalam hati, bahwa binatang tetaplah binatang. Akal mereka tidak sama seperti manusia. Mereka tidak boleh dijadikan teman, apalagi kalau mereka sedang lapar. Pi pun dinasehati macam-macam tentang harimau. Sebuah pelajaran yang akan sangat berguna kelak. Untuk meyakinkan kebuasannya, Tuan Patel menyuruh seorang petugas untuk membawakan seekor kambing ke depan kandang. Harimau itu keluar lagi. Nyonya Patel datang dan minta suaminya untuk tidak melakukan itu di depan anak-anak, tapi suaminya tak peduli. Ia bersikeras bahwa ini adalah pelajaran hidup. Harimau itu menerkam si kambing dan menyeretnya masuk kandang. Menurutku adegan ini janggal, karena kambing itu diikat diluar pagar besi di ruangan yang ada manusianya, dan pagar itu tidak di buka, kok bisa diseret masuk ya? Padahal gak muat lho lewat celahnya. Abaikan.
Nyonya Patel menutupi wajah Pi dari insiden berdarah itu. Mereka vegetarian, jadi tidak tega melihat binatang berdarah-darah.   





Setelah kejadian itu, Pi merasa hidupnya tak lagi menggairahkan. Tak ada lagi petualangan spiritual ataupun petualangan mendebarkan dengan para hewan. Ia hanya menjalani hidup. Sampai ia bertemu seseorang yang menggetarkan hatinya saat ia sudah usia sekolah lanjutan (tingkat SMA). Namanya Anandi, gadis sanggar tari tempat Pi latihan musik. Pandangannya begitu terpaku pada gadis itu sampai-sampai ia tidak konsentrasi main musik. Anandi menari dengan begitu luwes, penghayatannya pas. Bagi orang India tradisional, tari adalah bentuk pengabdian terhadap tuhan. Pementasan yang dilakukan dihadapan dewa dewi, jadi posisi dan hadapnya hati harus selaras. Pi mengiyakan saja dengan anggukan kepalanya saat gurunya menerangkan hal itu dan menyuruh Anandi untuk memimpin tari.




Sepulang latihan, Pi mengikuti Anandi yang jalan-jalan ke pasar dengan diam-diam. Ia mengamati setiap gerak-geriknya, seolah tak rela gadis yang menghiasi pandangan matanya luput dari penglihatannya. Anandi yang merasa diikuti, berjalan cepat dan bersembunyi untuk melihat siapa yang menguntitnya. Pi pun tertangkap basah. Saat ia ditanya kenapa ia membuntutinya, Pi pun gelagapan dan mencari-cari alasan. Ia beralasan ingin menanyakan maksud gerakan Anandi di akhir tarian, yang tidak dilakukan penari lain. Anandi dan dua temannya cekikikan. Mereka tahu Pi sedang pedekate. Sejak saat itu, Pi dan Anandi pun berhubungan. Pi bahkan mengajak Anandi melihat Richard Parker, hewan favoritnya.


Pi merasa hidupnya kembali berbunga. Ia sering senyum-senyum sendiri di setiap kesempatan ia memikirkan Anandi. Tapi kesenangannya tidak berlangsung lama. Saat itu sedang terjadi kekacauan politik di Pondichery. Keluarga Patel sedang makan malam. Ayah Pi memutuskan untuk pindah dari India karena kekacauan politik itu. Mereka tidak lagi bisa bertahan di sana. Tanah kebun binatang akan diambil alih oleh pemerintah, tapi hewan-hewannya milik mereka, jadi mereka akan menjualnya ke luar negeri. Pi sedang senyam-senyum sendiri dan tidak terlalu menyimak perkataan ayahnya. Ia pun tersentak ke alam nyata saat ayahnya menanyakan pendapatnya dan shock luar biasa saat sadar ayahnya sedang membicarakan kepindahan keluarga mereka ke Kanada. Pi merasa seolah dunia tercerabut dari kakinya.


Pi pun menemui Anandi. Mereka berpisah dan bersama-sama menikmati patah hati di tengah deburan ombak. Anandi mengikatkan gelang persahabatan pada Pi. Tapi hanya begitu saja. Tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa janji-janji untuk kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar